Alias Jebakan Rutinitas, hal yang
seringkali dirasakan oleh para pegawai kantoran atau terkadang PNS, masuk jam 7
atau 7.30 pagi dan pulang sekitar jam 2-4 sore. Dengan aktivitas yang sama dengan kemarin dan kemarin nya lagi. Beberapa hari
ke depan pun juga masih melakukan aktivitas yang sama atau hampir sama.
Begitulah, berulang dan berputar. Sampai nanti waktu pensiun tiba, terus dan
terus seperti itu....
Jikalau PNS nya yang ‘gerak‘ kayak guru atau tenaga medis, kayaknya lebih
enak, lha yang di kantor, duduk manis melipat siku or menatap layar PC yang gak
mau juga tersenyum (emang PC
bisa tersenyum??) walau yang
di depannya udah cantik or cakep gak karuan (pegawai tadi maksudnya)...haha. Itu berarti Anda harus segera menyelamatkan diri anda sesegera mungkin. Kok bisa? Pasalnya
segala hal yang ‘diam‘ itu tidak akan baik untuk masa depan
kita.
“Demi masa.
Sesungguhnya
manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, dan nasihat-menasihati
supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihat supaya menetapi kesabaran.
“(Q.S. Al-’Ashr : 1-3)
Manusia memang benar benar dalam kerugian jika dia tidak menfaatkan waktu
yang dia miliki sebaik mungkin, pertanyaannya sebaik apa??? Beberapa orang
beranggapan sudah menggunakan waktunya sebaik mungkin dengan ukuran baik
menurut kebanyakan orang. Jika seseorang tersebut berada dalam situasi dan
lingkungan yang tidak mendukung (baca : buruk) dan kebetulan dia juga memilih
berpikiran sama dengan kawan-kawan di sekitarnya. Maka....... sudah dapat
dipastikan waktunya terbuang sia-sia.
Kembali kita hubungkan dengan para pekerja rutin yang telah kita singgung
di atas, jika terus menerus menganggap ‘ya beginilah kerjaan kantoran...’ atau
‘mau gimana lagi wong semua orang melakukan hal yang sama..’ atau lebih
parahnya ‘ngikut temen-temen aja deh biar dianggap cepet beradaptasi...’
Wah..ini dia yang membuat orang – orang berdas lulusan Unair, ITB dan ITS dan
lain-lainnya menjadi tidak cerdas lagi (pinjem kalimat pak Rhenald Kasali dalan
JP). Menikmati, itu tadi salah satu hal yang saya rasa berperan besar dalam
menghilangkan jejak – jejak kecerdasan dari beberapa lulusan perguruan tinggi
ternama di Indonesia tersebut. Sepintar dan secerdas apapun (bedakan antara
cerdas dan pintar) seseorang jika dia kehilangan ‘sense of struggling’
maka kedua hal tadi juga akan ikut meluntur. Ketika mau menjalani kilas balik
bagaimana dulu usaha mereka menapaki terjalnya persaingan masuk perguruan
tinggi hingga dia dinyatakan sebagai alumni perguran tinggi, tentunya tidak
lepas dengan ‘sense of struggling’ tadi. Iklim antara rekan – rekan
mahasiswa dan iklim belajar menjadi salah satu penentunya. Ketika telah berada
di lingkungan kerja yang tentu saja berbeda (apalagi yang berada di kantoran
tadi dan beberapa pekerjaan tetap) kadang kita tidak menemukan suatu tantangan
disana..wong kerja rajin dan gak rajin juga sama aja gajinya...mending pakai
prinsip ekonomi (kagak bener nih pola pikirnya, masak pengen keluarin tenaga
sekecil mungkin buat dapat hasil segedhe mungkin..??). Tapi itulah
kenyataannya.
Ada beberapa hal yang saya rasa tetap bisa menjaga sense of struggling
kita, jika kita tetap memiliki sense of struggling tadi, routinized
trap gak akan bisa merampas kehidupan kita yang sangat berharga ini, yaitu
ide dan kreatifitas.
1.
Memiliki target / peta hidup / prioritas
Dengan peta hidup akan lebih tertata capaian masa
depan kita, mengambil sesegera mungkin kesempatan yang ada hubungannya dengan
cita kita dan meninggalkan segala hal yang bakalan merancukan cita kita. Dengan
peta hidup ini juga akan dapat kita definisikan seberapa persen kita harus
konsen di ‘pekerjaan rutin’ kita dan konsen juga di targetan kita lainnya.
2.
Biasakan tidak menikmati
“Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak
daripada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan
waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika engkau punya tugas selesaikanlah
segera.” (Hasan Al Banna). Setiap merasa kita ‘santai’ dalam pekerjaan kita,
segeralah cari kesibukan lain untuk mengisinya. Meningkatkan kapasitas otak,
menulis, atau bahkan membuka peluang usaha lainya (berbisnis).
3.
Berusaha men-split waktu
Mensplit waktu kita menjadi sangat-sangat padat,
mencari kesibukan di luar pekerjaan rutin kita. Bukan bermaksud mencari ‘ceperan’
lebih, tapi untuk menjaga si otak terus sibuk dan menambah rumit jaringan ‘kabel’
di otak kita. Perlu ‘sedikit’ kelebihan untuk dilakukan daripada kebanyakan
orang untuk menjadi orang sukses.
Selamat mencoba. Wallahu a’lam
2 komentar:
Dan memang inilah kenyataan hidup yang sesungguhnya ^^... Memang menjadikan kejenuhan atau kelelahan itu jenuh sendiri atau lelah sendiri menjangkiti kita gampang2 susah yo... Ayyooo qt atur lagi jadwal qt.. :) bikin kalender targetan plus agenda sndiri...hehe
Spirit : kelihatannya mbk ini selalu spirit :D. baiklah, mari kita bertarung dengan kenyamanan yang bisa membuat lalai. Matur nuwun sudah berkunjung.... :)
Post a Comment