Manusia kadang bertanya tentang eksistensi diri dan fungsinya dalam
kehidupan. Beberapa hal ‘aneh’ yang dilakukan oleh banyak manusia misalnya
seperti ini : Orang Indonesia (kota) membuat rumah yang tertutup rapat (yang
otomatis panas) kemudian membeli AC, beberapa AC dipasang di kamar mereka dan
mereka kedinginan kemudian membeli selimut yang tebal seperti yang dipakai di
negara dengan musim dingin biar tidak kedinginan. Apa tujuannya membeli AC ?
mencari rasa dingin, lalu kedinginan, lalu berselimut. Semua hal ini
mencerminkan betapa kurang bersyukurnya manusia terhadap anugerah Allah Swt.
Anugerah Allah Swt. di negara tropis seperti Indonesia adalah suhu panas
musim kemarau, namun selain itu kan masih ada waktu2 berangin (banyak angin).
Para penjajah dulu membangun rumah yang sangat lebar dan tinggi, begitu juga
jendelanya. Kita sekarang malah membangun rumah yang beratap rendah, pintu
sempit hampir tanpa jendela, trus memasang AC.
Dalam dunia media dan telekomunikasi, dulu nenek atau kakek kita pergi ke
layar tancap, atau kedua orang tua kita pergi ke bioskop dengan mengajak
anak-anaknya agar bisa menonton bersama. Sekarang setelah ada televisi yang beremote
control, malah saluran televisi dijadikan rebutan channel, bukan
diambil nilai kebersamaannya. Bahkan beberapa keluarga membeli TV khusus untuk
masing – masing kamar.
Berlanjut ke teknologi komunikasi yang berkembang pesat. Orang Indian
pernah meramalkan “Ada suatu masa kalian akan mendengarkan dinding berbicara”, dan
ternyata benar, perwujudannya adalah pesawat telepon yang sering kita gunakan.
Teknologi komunikasi yang sedang in pada masa ini adalah Black Berry
(BB) (dan sebenarnya merk lain yang sama fungsinya dengan BB). Terdapat beberapa
pengalaman negatif dan positif tentang BB. BB memang mempercepat urusan, namun
beberapa kali justru menghambat pekerjaan. Terlalu konsentrasi pada pada alat
seukuran genggaman kita ini, urusan besar bisa saja terbengkalai. Sebelumnya penulis
rajin buka email, menjawab, memfollow up, semua urusan berjalan lancar. Setelah
mememiliki BB semua email dan info lainnya (FB, Twitter) langsung masuk, apapun
kondisi penulis saat itu, pasti langsung direspon (soalnya berbunyi ‘cling’
terus). Karena informasi sudah diterima, akhirnya penulis tidak lagi rajin
membuka email dll, padahal yang paling penting adalah bagian memfolow up i
nya. Sayangnya keputusan untuk tidak rajin membuka email ini berdampak pada
terlambatnya mengerjakan hal-hal lain. SEMUA INFORMASI DIRESPON SECARA
DANGKAL DAN CEPAT lewat media ini. Dan sayanganya semua orang mengira itu
sudah cukup. Tak ada kedalaman berpikir, merenungkan respon, merenungkan
jawaban yang lebih bernas. Semua terkesan cepat, dangkal dan ringkas.
Di buku terbitan Mizan berjudul “Shallows” (Orang - Orang Dangkal atau
Kedangkalan) menggambarkan bagaimana manusia dikendalikan oleh gadget. Ketika sedang
melakukan suatu hal kemudian BB disamping kita dan berbunyi ‘cling’ maka kita
cenderung akan meresponnya. So, semua pekerjaan utama terbaikan. Kata Ninok
Leksono, wartawan senior Kompas, “Dibutuhkan waktu setidaknya 15 menit untuk
kembali konsentrasi pada apa yang sebelumnya kita kerjakan”. Hal inilah yang
menurut Ninok dan buku Shallows tadi dengan CPA (Continuous
Partial Attention : keterpecahan konsentrasi secara terus menerus) atau Syndrome
Partial Attention.
-Continuous Partial Attention- |
Inilah yang sekarang dialami banyak orang. Keterpecahan konsentrasi, kurangnya
kedalaman berpikir, fokus sering berpindah pindah dari satu subjek ke subjek
lain. Satu belum selesai, pindah ke lainnya. Tantowi Yahya yang juga salah
seorang anggota DPR mengusulkan, “Kalau begitu saat mengerjakan sesuatu kita
mesti menutup BB ya?”. Dijawab oleh Ninok “ So, What the point of having BB?” “Bukanlah
BB dimiliki untuk tujuan kecepatan ?” “Kalau
BB disingkirkan sementara kan lebih baik kembali pada masa hidup sebelum punya
BB?”.
Inilah paradoks kemajuan, seperti yang diilustrasikan dengan rumah ber AC
di awal tulisan ini. Membangun rumah berdinding rapat, membeli AC kemudian
berselimut tebal. Kita membeli BB agar pekerjaan cepat, tapi ternyata malah
menimbulkan CPA, maka sesekali BB harus di silent atau dibalik (supaya
kedipannya tidak mengganggu konsentrasi kita). Pada ujungnya, lalu apa gunanya
punya BB kalau harus disingkirkan pada waktu tertentu? Bukankah BB memang ada
untuk kecepatan respon dan tindakan?.
Semua terpulang kepada kita, apakah akan dikendalikan atau mengendalikan
gadget. Apakah mensyukuri pemberian Tuhan atau masih ingin lebih seperti
lainnya. Penulis sendiri sudah memutuskan untuk kembali disiplin membuka inbox
email 2-3 kali sehari dan TIDAK HARUS MERESPON BB SAAT ITU JUGA. Teknologi adalah
pencapaian akal manusia, akal manusia adalah karunia Tuhan. Kita memang patut
mensyukuri kemajuan teknologi yang memudahkan kita menjalani hidup. Namun jangan
sampai kemudahan ini mengurangi harkat kemanusiaan kita.
·
Tulisan ini ditulis oleh Ibu Sirikit Syah, beliau
adalah pengamat media dan pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Unair, pendiri dan
direktur Lembaga Konsumen Media – Media Watch dalam Warta BAZ Jatim Edisi 116
November 2011 (dengan sedikit perubahan).
0 komentar:
Post a Comment