-->

Thursday 14 January 2021

Manajemen Waktu dan Energi Bagi Seorang Ibu (Fammi Mom Fest)

Menjadi seorang ibu bagi mayoritas orang adalah sekadar menjalani peran yang telah ditakdirkan kepada mereka. Semua terkadang mengalir begitu saja, tanpa kesadaran, tanpa ilmu, tanpa perencanaan. Padahal bagi seorang muslim, menjadi sesosok manusia yang mampu mengukur diri dengan pertimbangan untuk menilai diri agar lebih baik dari hari ke hari adalah keniscayaan.

Menjadi seorang wanita berikut tugasnya jika tanpa dipahami pun akan sama mengalirnya dengan hari-hari tanpa arti. Sungguh sayang, karena waktu kita yang sangat terbatas di dunia fana ini. Hal tersebut mendorong kita untuk selalu memberi sebanyakk mungkin arti dalam setiap waktu yang dilalui adalah ikhtiar kita menuju akhirat dengan selamat.

Semua karya yang kita wujudkan dalam dunia ini haruslah berlabuh pada kebahagiaan yang hakiki, baik pada niat maupun caranya. Semakin dekat dengan akhir zaman, dinamika dunia membuat semakin banyak wanita keluar dari rumahnya dan sedikit demi sedikit keluar dari fitrahnya. Janganlah terpesona dengan capaian dunia yang belum tentu bernilai sempurna di mata Sang Pencipta.

Maka dari itu semua orientasi yang dilakukan di dunia haruslah dalam rangka mencari bekal untuk pulang ke negeri akhirat yang kekal. Orientasi ini akan membantu menjaga nyala hidup kita untuk terus menggebu bersegera mencari sebanyaknya mungkin pundi pahala. Bersibuk-sibuk dengan hal yang penting (dalam ukuran akhirat) bukan sekedar tersibukkan dengan urusan duniawi yang tiada berarti.

Sesosok wanita agung yang bisa kita jadikan contoh adalah Khodijah, permaisuri Rasulullah SAW. Bisa kita lihat bagaimana piawainya beliau melajukan bisnis beromset besarnya tanpa harus turun ke lapangan. Beliau memenejnya dari rumah dengan tetap bisa membersamai keluarganya. Dunia akhirat tercapai dengan bahagia.

Kembalikan Peran Wanita Sesungguhnya
Wanita sesungguhnya memiliki 5 peran, dimana satu peran nya itu menjadi panduan untuk keempat peran lainnya. Pertama, sebagai hamba Allah yang mensyaratkan ketundukan penuh kepada Sang Pencipta berdasarkan aturan yang diturunkanNya. Kedua, sebagai Istri. Ketiga, sebagai Ibu yang bertanggung jawab terhadap rumah dan anak-anaknya. Keempat, sebagai anak dari  orang tua kita yang tentu saja terdapat beberapa harapan beliau berdua untuk diwujudkan oleh putrinya. Kelima, sebagai anggota masyarakat yang berkontribusi bagi umat.

Tentukan Peran dalam Satu Rentang Waktu Tertentu
Kelima peran tersebut bisa diibaratkan dengan sebuah kotak yang terisi dengan 4 balon. Kotak adalah peran pertama kita sebagai hamba Allah SWT. Keempat balon adalah peran kita lainnya. Dalam satu waktu bisa saja ketika ada balon yang membesar, dia akan memenuhi kotak tersebut, sehingga agar tidak pecah, balon-balon lainnya harus dengan rela mengecil sementara waktu.

Begitu pula dengan peran kita, satu peran yang menuntut perhatian lebih (misalnya saat memiliki bayi) mengharuskan peran lain terpinggirkan sementara, bukan terlupakan. Poinnya adalah bagaimana kita menciptakan supporting system agar balon yang mengecil tadi hanya mengecil, tanpa harus mengempes dan hilang. 


"Terpenting adalah Do The Best pada peran yang kita jalani saat itu"

Bisakah Menjadi Adil Dalam Semua Peran ?
Adil dalam ukuran sempurna hanyalah milikNya, manusia tentu saja tak mungkin berlaku adil, yang bisa diusahakan adalah menjadikan semua peran kita adalah ikhtiar kita menuju surganya Allah. Sehingga ketika ada beberapa peran yang tertunda kita tak akan kecewa karena kita memiliki prioritas pilihan lain yang juga bernilai ukhrawi.

Saat kita baru saja menikah dan melahirkan, pasti ada masa kita 'merayap', menyimpan cita dan visi diri untuk diwujudkan nanti. Yakinlah pasti ada kesempatan di masa datang untuk mewujudkan itu semua.

Berbicara mengenai prioritas bagaimana cara kita menyusunnya?. Mau tidak mau kita harus bersedia bertanya langsung kepada Allah SWT, sebagai apa sih diri kita yang paling tepat dalam waktu itu. Karena tanpa itu kita akan mudah galau, lelah tak berujung karena kurang menyadari peran penting yang diemban saat itu.

Bagaimana Jika Lelah?
Lelah fisik masih wajar, waspadalah jika lelah mental karena akan berdampak kemana mana.
1. Pahami peran sebagai jalan surga
2. Pahami diri kita sebagai manusia yang tidak sempurna
Keinginan meraih semua, sendirian, mewajibkan diri sempurna bakalan membuat kita cepat overwhelmed. sesekali tak apalah beli lauk, laundry bahkan meng-hire ART.
3. Tidak memiliki cita diri yang tergambarkan dengan detail
Perlu sekali untuk terus menjaga nyala cita diri dengan mem-break down cita meskipun dalam kondisi yang tidak memugkinkan pada saat tertentu. 
4. Serahkan semua peran kita kepada Allah SWT
Dengan penyerahan diri selepas berikhtiar insyaAllah kita akan lebih nyaman menjalani hari, lebih mampu memaklumi kekurangan diri dan bersemangat dalam menjalani peran lain yang juga sangat berarti.

"Kala lelah melanda, ingatlah bahwa istirahat kita hanya di Syurga"

1 komentar:

Nisa said...

MasyaaAllah... Nice reminder, Mbak :)

Post a Comment

Komentar

Mari Budayakan Baca dan Tulis Hingga Akhirnya Memberikan Kemanfaatan Untuk Orang Lain. Powered by Blogger.