-->

Friday, 19 October 2012

Memilih yang Lebih "Indah"

Indah memang, dan jujur aku sendiri pun pernah merasakannya, saat pertama usia puber tumbuh, sejalan dengan itulah gejolak untuk dikenal lawan jenis, menjalin hubungan yang lebih erat dan akrab mulai menggoda..
Seperti kota yang aku tinggali sekarang, surabaya. Ketika kemarau panjang dengan berbagai ATRIBUTNYA, panas, debu dan keringat...sang gerimis datang dengan membawa banyak sekali harapan buat manusia..
Begitupun dengan muda mudi, sedikit kusadari (karena aku tak ingin terlalu membuat diriku memaklumi perilaku mereka di masa awal puber mereka) bahwa kemarau panjang (baca : masa sebelum puber) akan sangat mudah menerima datangnya hujan meski hanya gerimis (baca:adanya godaan fitrah rasa kagum yang seringkali salah arti dibahasakan sebagai ‘cinta’).
Jika dipahami secara general, setiap orang pasti memiliki rasa itu, entah dulu, sekarang atau sedang merencanakan ‘punya’ rasa itu. Rasa membutuhkan perhatian lawan jenis. Rasa itulah yang membuat muda-mudi terjebak dalam buaian ‘dunia hanya milik berdua’ dan tidak lagi malu untuk ber’aku’ aku (merasa saling memiliki dibanding teman2 lainnya).
Sedikit cerita, saat aku belum mengenal yang namanya berdekatan tidak diajarkan dalam agama Islam (menjalin hubungan lebih dari sekedar teman, ada rasa dag-dig-dug dengan seseorang yang diperturutkan dengan mengenalnya secara ilegal –pacaran-). Akupun hanya ‘menikmati’ rasa itu...namun ketika berbagai ‘penyadaran’ yang dilakukan oleh saudara2 ku bahwa memperturutkan rasa itu sangat banyak kerugiannya, akupun mulai berpikir ulang...
Belum lagi dengan nantinya jika dia yang aku suka tiba2 tidak menjadi pasangan abadiku (baca:suami) bagaimana malunya aku nanti? Namun muda-mudi sekarang dengan santainya berkata : ini ikhtiar kami untuk mengenal pasangan kami nanti, kami tahu batas dan lebih parah lagi ‘keislamian’ pacaran seperti apa kami juga tahu... inilah yang membuat banyak beberapa dek kelas 'lari' ketika betul2 gejolak marahku ku ungkapkan atas pernyataan mereka tadi..
Aku tetap menganggap bahwa pacaran jahat; hina; lemah; rugi dan terlebih lagi ‘maksiyat'. Itu dalam pikiranku yang kerdil dulu. Begitupun dengan teman2 yang aku ajak diskusi terkait penyadaran pola pikir junior yang ‘jodoh oriented’ dalam berorganisasi, kami menganggap bahwa perbuatan mereka ‘kotor’ dan selayaknya di buang sejauh2nya, jauuuhh.....!! (saya berpola pikir begini dulu lo ya..)
Beberapa junior masih juga ada yang memegang pola pikir ku seperti ini, menjauhi saudara mereka yang sedang dirundung kasmaran, padahal ketika sahabat dakwah pergi, syetan lah yang datang...dan begitulah mirisnya karena junior yang sempat ‘terpeleset’ tadi akhirnya benar2 pergi karena pengucilan dari kawan2 nya sendiri....
Sakit memang, ketika kutanyai alasan mengapa tidak kauajak saudara kau itu kembali? Minimal temanilah dia saat dia dalam masa labilnya. Jawabnya adalah “Tidak, terlalu sakit untuk melihat kesalahan dari teman yang dulu sama2 berjuang, terlalu perih saat harus menjawab pertanyaan kanan kiri mengenai alasan perubahan perilaku sang saudara” dan akhirnya mereka memilih untuk ‘putus’ saja hubungan silaturahimnya...
Begitukah?
Apa itu yang betul?
Berharap dengan itu sang kawan tadi kembali kepada kalian karena merasa kesepian? Dan ternyata TIDAAAAK..!!! Nambah antipati iya...!!
Coba pikir apa yang terjadi jika nilai yang dia anggap benar (lebih dekat dengan lawan jenis lewat TTM, pacaran, dll) adalah salah kaprah buat kita dan kita tidak coba juga memahami perasaan hatinya???
Pastilah tidak akan ketemu, kita akan dianggap terlalu kaku dan ‘pemaksa’. Salah memang perilaku mereka, namun cara cantik yang jitu buat menyadarkan merekalah yang diperlukan, bukan judgement dan cacian terlontar, atau lebih sakit lagi pengucilan...aku masih berpikir bahwa mereka suatu saat akan kembali, rindu dengan yang lebih islami...kawan mereka, sistem..ukhuwah..dan itu didapat dari mana??
Dari sabarnya kalian menunggu masa labil mereka pergi dengan tetap ada treatment...

Masih ada banyak potensi islami dari kawan kita, meski tertutup kabut yang pekat. Namun tidak kah kalian mau melepaskan sang potensi tadi dari kabut? APAKAH DENGAN PERGI SEJAUH2NYA, ataukah mendekat dan mencoba mengusir kabut dari dalam? membuat api mungkin? agar tidak se-membeku saat kalian tinggal pergi....
Dulu aku juga sempat sangat 'keras' dengan junior yang berperilaku demikian, seolah dengan seluruh tenaga aku 'memberinya cinta', tiba2 dia tidak memilihku, dia pergi dengan orang yang tidak memberi apa2 hanya memberi hujan diantara kemaraunya...namun bukanlah itu yang memang dia perlukan??

Namun ketika aku bertanya sendiri? Kamu siapanya juniormu tadi? Enak sekali kau plot2 hidayah yang hanya Allah Swt berikan pada hambanya yang Dia pilih...kau hanya perlu mendekati, tak perlulah kau pikir hasilnya nanti, ketika dia tidak bersama kita, minimal tidak memusuhi kita dan memang hidayah itu datangnya nanti..nanti saat dia telah matang dalam mengambil keputusan dan terasa sangat lambat bagi kita, namun itulah yang terbaik...siapa tahu lebih permanen hidayah yag datang belakangan....
Hanya saja aku masih bertanya, menagapa ada seseorang yang bisa ‘membunuh’ sementara perasaannya karena dia tahu belum saatnya, karena dia tahu itu tidak ada hubugannya dengan citanya, tidak ada hubungannya dengan jodoh pastinya nanti..dia rela membunuhnya, menggantinya dengan ekspresi yang lain, menyibukkan diri dengan amal produktif...tapi mengapakah ada yang masih tetap memperturutkan? Apa karena kepahaman??

Ah bukaan...menurutku bukan itu masalahnya, pemahaman adalah paham secara teori, timbal balik, sebab akibat. Namun paham tanpa pengekangan nafsu bukankah sama saja? Paham iya, nafsu tetap jalan..itulah nafsu, nafsu yang membuat junior lebih memilih si dia nya..
Karena penghalang mengenal Allah (mawani’ min ma’rifatillah) ada dua hal yang berat, pertama, perang melawan kebodohan melalui ilmu yang berujung pada pemahaman dan kedua, perang terhadap hawa nafsu...ketika dua ini beres, penghalang tiadalah terasa berarti nantinya....

Bukti kesabaran kita ada disana, karena hal seperti ini tidak pernah berkurang kuantitasnya tiap tahun..namun juga tidak untuk dianggap sebagai hal yang wajar, hanya saja butuh pengertian untuk menarik mereka kembali, jikalau memang telah tidak merasa bisa menarik, tetaplah pergauli dengan baik, dan ketika justru memusuhi, jangan tambah perbesar api yang dia buat...
Sabar, telaten dan yang terpenting treatmen nya harus terasa spesial buatnya, karena junior tadi sangat berarti buat kita, treatment yang paling jitu adalah memohon sang pembolak balik hati untuk bisa cepat memberikan jalan buat junior tadi. Bukankah dia sudara yang dulu kita bersama?? lantas mengapa secuil doa masih lupa kau panjatkan untuknya?? Hingga mungkin (semoga saja tidak) saat nanti ketika aku ‘terpeleset’ akan ada orang yang secara spesial memohon ku kembali lewat Dia...ya Dialah sang pembolak balik hati........

0 komentar:

Post a Comment

Komentar

Mari Budayakan Baca dan Tulis Hingga Akhirnya Memberikan Kemanfaatan Untuk Orang Lain. Powered by Blogger.