Indah memang, dan
jujur aku sendiri pun pernah merasakannya, saat pertama usia puber
tumbuh, sejalan dengan itulah gejolak untuk dikenal lawan jenis,
menjalin hubungan yang lebih erat dan akrab mulai menggoda..
Seperti kota yang
aku tinggali sekarang, surabaya. Ketika kemarau panjang dengan
berbagai ATRIBUTNYA, panas, debu dan keringat...sang gerimis datang
dengan membawa banyak sekali harapan buat manusia..
Begitupun dengan
muda mudi, sedikit kusadari (karena aku tak ingin terlalu membuat
diriku memaklumi perilaku mereka di masa awal puber mereka)
bahwa kemarau panjang (baca : masa sebelum puber) akan sangat mudah
menerima datangnya hujan meski hanya gerimis (baca:adanya godaan
fitrah rasa kagum yang seringkali salah arti dibahasakan sebagai
‘cinta’).
Jika dipahami secara
general, setiap orang pasti memiliki rasa itu, entah dulu, sekarang
atau sedang merencanakan ‘punya’ rasa itu. Rasa membutuhkan
perhatian lawan jenis. Rasa itulah yang membuat muda-mudi terjebak
dalam buaian ‘dunia hanya milik berdua’ dan tidak lagi malu untuk
ber’aku’ aku (merasa saling memiliki dibanding teman2 lainnya).
Sedikit cerita, saat
aku belum mengenal yang namanya berdekatan tidak diajarkan dalam
agama Islam (menjalin hubungan lebih dari sekedar teman, ada rasa
dag-dig-dug dengan seseorang yang diperturutkan dengan mengenalnya
secara ilegal –pacaran-). Akupun hanya ‘menikmati’ rasa
itu...namun ketika berbagai ‘penyadaran’ yang dilakukan oleh
saudara2 ku bahwa memperturutkan rasa itu sangat banyak kerugiannya,
akupun mulai berpikir ulang...
Belum lagi dengan
nantinya jika dia yang aku suka tiba2 tidak menjadi pasangan abadiku
(baca:suami) bagaimana malunya aku nanti? Namun muda-mudi sekarang
dengan santainya berkata : ini ikhtiar kami untuk mengenal pasangan
kami nanti, kami tahu batas dan lebih parah lagi ‘keislamian’
pacaran seperti apa kami juga tahu... inilah yang membuat banyak beberapa dek kelas 'lari' ketika betul2 gejolak marahku ku ungkapkan atas
pernyataan mereka tadi..
Aku tetap menganggap
bahwa pacaran jahat; hina; lemah; rugi dan terlebih lagi ‘maksiyat'.
Itu dalam pikiranku yang kerdil dulu. Begitupun dengan teman2 yang
aku ajak diskusi terkait penyadaran pola pikir junior yang ‘jodoh
oriented’ dalam berorganisasi, kami menganggap bahwa perbuatan
mereka ‘kotor’ dan selayaknya di buang sejauh2nya, jauuuhh.....!! (saya berpola pikir begini dulu lo ya..)
Beberapa junior
masih juga ada yang memegang pola pikir ku seperti ini, menjauhi
saudara mereka yang sedang dirundung kasmaran, padahal ketika sahabat
dakwah pergi, syetan lah yang datang...dan begitulah mirisnya karena
junior yang sempat ‘terpeleset’ tadi akhirnya benar2 pergi karena
pengucilan dari kawan2 nya sendiri....
Sakit memang, ketika
kutanyai alasan mengapa tidak kauajak saudara kau itu kembali?
Minimal temanilah dia saat dia dalam masa labilnya. Jawabnya adalah
“Tidak, terlalu sakit untuk melihat kesalahan dari teman yang dulu
sama2 berjuang, terlalu perih saat harus menjawab pertanyaan kanan
kiri mengenai alasan perubahan perilaku sang saudara” dan akhirnya
mereka memilih untuk ‘putus’ saja hubungan silaturahimnya...
Begitukah?
Apa itu yang betul?
Berharap dengan itu
sang kawan tadi kembali kepada kalian karena merasa kesepian? Dan
ternyata TIDAAAAK..!!! Nambah antipati iya...!!
Coba pikir apa yang
terjadi jika nilai yang dia anggap benar (lebih dekat dengan lawan
jenis lewat TTM, pacaran, dll) adalah salah kaprah buat kita dan kita
tidak coba juga memahami perasaan hatinya???
Pastilah tidak akan
ketemu, kita akan dianggap terlalu kaku dan ‘pemaksa’. Salah
memang perilaku mereka, namun cara cantik yang jitu buat menyadarkan
merekalah yang diperlukan, bukan judgement dan cacian terlontar, atau
lebih sakit lagi pengucilan...aku masih berpikir bahwa mereka suatu
saat akan kembali, rindu dengan yang lebih islami...kawan mereka,
sistem..ukhuwah..dan itu didapat dari mana??
Dari sabarnya kalian
menunggu masa labil mereka pergi dengan tetap ada treatment...
Masih ada banyak
potensi islami dari kawan kita, meski tertutup kabut yang pekat.
Namun tidak kah kalian mau melepaskan sang potensi tadi dari kabut?
APAKAH DENGAN PERGI SEJAUH2NYA, ataukah mendekat dan mencoba mengusir
kabut dari dalam? membuat api mungkin? agar tidak se-membeku saat
kalian tinggal pergi....
Dulu aku juga sempat
sangat 'keras' dengan junior yang berperilaku demikian, seolah dengan
seluruh tenaga aku 'memberinya cinta', tiba2 dia tidak memilihku,
dia pergi dengan orang yang tidak memberi apa2 hanya memberi hujan
diantara kemaraunya...namun bukanlah itu yang memang dia perlukan??
Namun ketika aku
bertanya sendiri? Kamu siapanya juniormu tadi? Enak sekali kau plot2
hidayah yang hanya Allah Swt berikan pada hambanya yang Dia
pilih...kau hanya perlu mendekati, tak perlulah kau pikir hasilnya
nanti, ketika dia tidak bersama kita, minimal tidak memusuhi kita dan
memang hidayah itu datangnya nanti..nanti saat dia telah matang dalam
mengambil keputusan dan terasa sangat lambat bagi kita, namun itulah
yang terbaik...siapa tahu lebih permanen hidayah yag datang
belakangan....
Hanya saja aku masih
bertanya, menagapa ada seseorang yang bisa ‘membunuh’ sementara
perasaannya karena dia tahu belum saatnya, karena dia tahu itu tidak
ada hubugannya dengan citanya, tidak ada hubungannya dengan jodoh
pastinya nanti..dia rela membunuhnya, menggantinya dengan ekspresi
yang lain, menyibukkan diri dengan amal produktif...tapi mengapakah
ada yang masih tetap memperturutkan? Apa karena kepahaman??
Ah
bukaan...menurutku bukan itu masalahnya, pemahaman adalah paham
secara teori, timbal balik, sebab akibat. Namun paham tanpa
pengekangan nafsu bukankah sama saja? Paham iya, nafsu tetap
jalan..itulah nafsu, nafsu yang membuat junior lebih memilih si dia
nya..
Karena penghalang
mengenal Allah (mawani’ min ma’rifatillah) ada dua hal yang
berat, pertama, perang melawan kebodohan melalui ilmu yang berujung
pada pemahaman dan kedua, perang terhadap hawa nafsu...ketika dua ini
beres, penghalang tiadalah terasa berarti nantinya....
Bukti kesabaran
kita ada disana, karena hal seperti ini tidak pernah berkurang
kuantitasnya tiap tahun..namun juga tidak untuk dianggap sebagai hal
yang wajar, hanya saja butuh pengertian untuk menarik mereka kembali,
jikalau memang telah tidak merasa bisa menarik, tetaplah pergauli
dengan baik, dan ketika justru memusuhi, jangan tambah perbesar api
yang dia buat...
Sabar, telaten dan
yang terpenting treatmen nya harus terasa spesial buatnya, karena
junior tadi sangat berarti buat kita, treatment yang paling jitu
adalah memohon sang pembolak balik hati untuk bisa cepat memberikan
jalan buat junior tadi. Bukankah dia sudara yang dulu kita bersama??
lantas mengapa secuil doa masih lupa kau panjatkan untuknya?? Hingga
mungkin (semoga saja tidak) saat nanti ketika aku ‘terpeleset’ akan ada orang yang secara
spesial memohon ku kembali lewat Dia...ya Dialah sang pembolak balik
hati........