12.10 WIB
Ruang
komputer, sekelompok mahasiswa bergerombol
di depan monitor nomor 5.
“Nih, flashdisk ku, gak
pake virus ya..!!”
“Tau gak sih, aku
sampek beli flashdisk baru gara-gara flashdisk yang kemaren kalian
pinjem minta ampun virusnya, dataku hilang sukses..” Saski mengomel
“Beres”, ujar sang
operator
“Din, tugasnya mana?
Kemaren kita berdua lo ya yang ngerjain, jadi jangan lupa tuliskan
juga namaku di halaman awal. Winda Firdausi Clara.”
“Ho oh…wes ta lah
Sist, beres…”, sahut Dina
Riuh sekali acara
penyatuan tugas kelompok hari itu, dan memang selalu ramai, ruang
komputer gratis dengan akses internet yang juga gratis, khusus hanya
buat mahasiswa fakultas ini. Di tengah keramaian tugas beserta
kesibukan mengcopy editan terakhir buat bahan presentasi esok hari.
Melengkinglah suara dari benda kecil, hape sejuta umat ……..Bangkitl`h
negriku…harapan itu masih ada….!!.........
“Wooy…bangkit
berbunyi tuh, angkat. Buruan, jelek tau nadanya, aneh!! “ Saski
nerocos
“Iya..bentar Sas, dikit
lagi selesai ni”, sahut Winda
“Angkat bentar napa?
Nadamu lo gak gaul ah…”sambar saski
“Dasar…cerewet ….”,
Winda pasang muka masam
“Waalaikumsalam, Iya
halo..ini Winda, ya ya…trus? Jadi? Baik nanti sore di mushola,
temen2 biar saya hubungi. Syukron”
Sedetik setelah itu,
----- 1 message received
----
Astaghfirullah….kemudian
dengan cepat memencet keypad dan : send
“Jieh…di telpon ma
mas ketua itu rek…”goda Saski “Sampek speechless gitu..”
“Napa Win? Kamu bicara
apa sih…sampai se speechless itu? Kamu di telpon
ma mas ketua itu kan? Soalnya aku mendengar kata2 planet mu ‘surkan’
ya…eh salah syukron..”.. Saski cekikikan
“Heh,,,,”Winda
menghela nafasnya, “Bukan gitu Sas, negatif melulu kamu ini, emang
barusan dari mas Avis, aku di telpon karena ntar ada syuro di
mushola. Yang bikin aku speechless ada sms dari temenku di Jakarta,
dia kumat lagi, sms negatif tentang jilbaber…” jawab Winda.
“Owh…maap deh, eh
tuh, sepuluh menit lagi ada kelas, aku ke atas dulu ya..”, Saski
menyahut
“Nitip tas dunk Sas,
carikan tempat buatku, aku mau ke mushola bentar”, Winda
menyerahkan tas nya pada Saski
“Ngapain? Sholat lagi?
Bukannya tadi udah jamaah ma aku??“, Saski melongo
“Ndak, sedang pengen
wudhu lagi…biar adem”
“Thanks Sas…ukhti
Saski….”, ujar Winda sambil tersenyum
“Wooy…gak pake bahasa
planet kallee….”, Saski merengut
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
“Kak,
nanti SMP nya kakak milih dimana? Aku diminta ke SMP 1 ma ayahku,
wah, kita bakalan sekelas lagi gak ya Kak?”, Winda bertanya
“Kakak
ke Bogor, sekeluarga kami pindahan ke Bogor juga”, sahut kakak
“Lhoh,
kok ?”, dengan terkejut dan berbalik muka ke kakak
“Iya
maaf dek, belum sempat bilang kamu, nih, sebagai permintaan maaf,
kakak belikan Silv*r Que*n Kesukaan mu...”
Winda
terdiam....
“Kakak...terimakasih
ya atas semua bantuan kakak selama ini.....”, Winda menerima
cokelat itu
“Ehh...kok
jadi melow gini?”
“Tenang
aja, suatu saat aku balik kok, jangan pernah lupakan ‘istana’
kita ini ya....”, kakak tersenyum
“Sip
!! Istana pasir putih akan selalu di kota ini....”, sahut Winda
sambil menunduk
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Gemericik
air wudhu di mushola terdengar dari sebuah kran, maklum saja, ada
jadwal kuliah di seluruh kelas pada jam 13.00 WIB. Meski sepi, Winda
tetap memakai kerudungnya dengan rapi dan memasang kaos kaki nya,
Winda jadi ingat pernah Saski bertanya, “Ribet banget sih, kan
basah lagi kaos kaki nya?” tanya Saski
“Caranya
dong, ya mesti basah dikit-dikit lah...tapi kan ga keliatan aurat ku,
coba deh kamu liat para cowok yang berbaris rapi di depan bagian
putri, wah, bisa keliatan kakiku ma mereka.” jawab Winda
“Wajar
kali, habis wudhu kan gitu, lagipula cuman sekilas, mana sempat
mereka liat?” tangkis Saski
“Saski
Ulinnuha...intinya kan pada auratnya
sayang, bukan pada hal yang biasa atau tidak.. kalau kamu bilang
biasa, kerudung dan baju panjang itu juga gak biasa dipakai di
Indonesia, masak ga mau juga pakainya? Gak kan ya?” Mbak Era
menimpali dengan senyumnya.
Mbak
Era adalah senior dua tingkat di atas kami, beliaulah yang
menjemputku ketika pertama kali aku menginjakkan kakiku di kota
pelajar ini, Subhanallah...kalem, penyandang IPK tertinggi di
angkatan, dan kerudungnya rapi lagi..!! rapi menutup dada hingga
pinggulnya, yang buat aku manut pada beliau adalah karena
kesabarannya dalam mengarahkan adek2 yang baru mengenal Islam
sepertiku, setidaknya mengenal secara pemahaman....aku dulu hanya
menjalankan Islam sebatas ibadah ritual saja, belum ada kenikmatan
yang kurasakan dalam agama ini, seperti yang kurasakan sekarang.
“Ayo
dek, udah adzan,” tambah Mbak Era
“Oh
Eh, iya Mbak..”jawab ku dan Saski bersamaan
Winda
tersenyum sendiri mengingatnya, mbk Era sudah lulus dan kembali ke
kotanya, membangun kota kelahirannya
katanya...dan sekarang Winda menggantikan posisinya.
Hp Winda
bergetar lagi,
---- 1
message received ----
dan
wajah nya langsung berubah sedih
Winda
berhenti sebentar untuk membalas sms tersebut sebelum
masuk ke kelas : send
Astaghfirullah
kakak...........ucapnya lirih
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Syuro di
Mushola,
“Baiklah
kesimpulan syuro hari ini adalah memberikan pelayanan yang terbaik
buat adek-adek mahasiswa baru, anggaplah mereka adalah saudara dan
saudari kalian sendiri, adik kandung kalian sendiri,” Mas Avis
menutup syuro hari itu, “Ada tambahan?”
“Tambahan,
jangan lupa jemput bola, menghubungi adek-adek dari SMA asal kalian
dan menawarkan bantuan untuk daftar ulang, jangan menunggu mereka
yang menguhubungi kita, ingat-ingat, onta merah sedang menanti
kalian,” lanjut Winda dengan semangat.
“Daftar
kos dan kontrakan bisa menghubungi saya atau ukh Winda, lebih baik
lebih banyak yang stand by di luar untuk mengantar adek-adek ke kosan
ya,” timpal Azril
Ikhwah
fillah.....
Baiklah,
koordinasi selanjutnya mohon menghubungi masing-masing PJ
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
---- 1
message received ----
Win,
pulang kapan nduk? Sudah tiga bulan kamu
gak pulang
Adekmu mau
ujian, bantuin belajarnya
Kemarin
kakak ke rumah, dia nyariin kamu, kalian gak pernah smsan lagi to?
Winda
membalas sms ibunya,
Iya
Bu, pekan depan Winda pulang, kangen Andi,
Andi telpon lama buat minta Winda ngajarin integral matematikanya.
Winda jarang lagi sms maupun telp dengan kakak Bu.
---- 1
message sent ----
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
“Winda,
nanti daftar ulang nya sama-sama ya, “
“Oke
Kak, jemput ya ?”
Hari itu
kami berkumpul lagi, kakak menepati janjinya, melanjutkan SMA nya di
kota ku.
Tiga tahun
kami lalui dengan suka duka dan tentu saja banyak cerita,
Kami
mengambil jurusan yang berbeda, kakak memilih IPS dan aku IPA
Hubungan
kami semakin dekat meski kami tidak sejurusan, kami sering berkunjung
kerumah masing-masing, begitupun kedua orang tua kami, sangat
menerima persahabatan kami.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Setelah
beberapa hari Winda berpikir, dia
memutuskan menghubungi Mbak Era, via sms.
Assalamualaikum...Mbak
Era, sedang sibuk gak? Winda mau curhat
dikit, hehehehe
Waalaykumsalam,
OK jam 2 mbak telfon nanti
Hape ku
berdering, 14.05 WIB
Mbak
Era : “Assalamualaykum. Halo Winda sayang....”
Winda
: “Waalaykumsalam. Iya Mbak Era.”
Mbak
Era : “Kaifa haluk dek?”
Winda
: “Bil khoir mbak..”
Mbak
Era : “Oya, ada apa tadi, katanya mau
curhat ?”
Winda
: “Iya nih mbak, sedang galau karena
teman”
Mbak
Era : “Oh ya? Winda bisa galau juga??”
Winda
: “Eh, Winda manusia juga lah mbak,
hihihihi”
Winda
: “Mbak, memangnya beda ya proses
pengkaderan tiap kampus? Kok temanku tidak bisa tersibhghah sih mbak?
Kata mbak dulu, manusia itu punya dua kecenderungan, baik dan buruk,
dan sebenarnya secara fitrah manusia suka dengan yang baik kan mbak?”
Mbak
Era : “Iya bener, wah, udah jadi mentor senior nih rupanya, trus
masalahnya apa dek? Tentu saja pengkaderan tiap kampus akan
berbeda...”
Winda
: “Mbak Era pasti sangat hafal dengan cerita tentang kakak yang
sering Winda ceritakan.. kakak sekarang benci Winda Mbak...karena dia
pernah mengalami hal yang tidak enak dengan orang seperti kita, para
jilbaber. Kebetulan sempat Winda menitipkan kakak di teman SKI yang
kuliah di universitas yang sama dengan kakak, awalnya kakak sangat
enak diajak ngaji dan ikut kajian, tapi suatu saat dia sudah tidak
mau lagi Mbak, bahkan untuk diajak sholat jamaah pun dia tidak mau,
dan mbak tahu? Setiap kali ada berita miring tentang Islam dan
lainnya, pasti kakak sms Winda dan menyamakan kegiatan Winda sekarang
dengan hal tersebut.”
Mbak
Era : “Dek, yang namanya hidayah itu
tidak bisa muncul di setiap orang, kalaupun masih belum muncul
sekarang dan dia memusuhi kita, sikap terbaik adalah membalas nya
dengan yang lebih baik, anti sudah cari tahu awal mula kakak anti itu
menjauh?”
Winda
: “Itu Mbak yang mau Winda cari tahu...”
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Sebulan
setelah Winda menghubungi Mbak Era, Winda menepati janjinya untuk
pulang.
Sepanjang
perjalanan dia terus menerus mengirim sms pada kakak.
Namun tidak
kunjung dibalas.
Hingga
akhirnya dia memutuskan untuk mengunjungi rumah kakak terlebih
dahulu.
Sesampainya
di rumah kakak, Winda hanya menerima sepucuk surat yang dititipkan
kakak kepada bibinya.
“Kakak
keluar rumah, gak tahu baliknya kapan, nanti bibi sampaikan kalo
Winda kesini”, ujar Bibi.
“Terima
kasih Bi, Wassalamualaikum...,” Winda menjawabnya dan pamit pulang.
Di rumah,
Winda membaca surat tersebut,
Teruntuk :
Adek Winda
Assalam Wr.
Wb.
Winda sorry, aku ndak bisa nemuin kamu. Maafkan juga mungkin beberapa
waktu kamu juga tidak bisa menghubungi aku Win. Kakak hanya berpesan
kamu jangan dekat2 dengan para jilbaber, jangan sampai kamu mengalami
hal yang sama dengan kakak. Kakak sayang Winda...
Mungkin kamu penasaran kenapa kakak sangat benci mereka, mereka tidak
punya hati Win, mereka pemaksa, mereka tidak menghargai kakak mu ini.
Mungkin kamu akan percaya mungkin pula tidak,
Kamu tahu kalau kakak sebenarnya sangat nyaman ketika pertama kali
mereka ajak ngaji, dan kamu pun tahu itu, namun ada seorang senior
yang tinggal serumah dengan kakak yang sangat kakak benci. Dia selalu
memarahi kakak terang-terangan di depan teman2, tentang tingkah laku
kakak yang memang berbeda dengan mereka, kakak tahu itu salah, namun
tolong berilah waktu kakak untuk berubah, bukan dengan memaksa
seperti itu. Bahkan yang paling kakak benci ketika kakak dikucilkan,
tidak dianggap, hanya karena kakak berbeda. Lantas kenapa dulu mau
menerima kakak jika akhirnya mereka menyakiti seperti ini?
Dan banyak hal lainnya Win yang tidak mungkin kakak ceritakan, kakak
anggap Winda berbeda, Winda baik dan pengertian. Berbeda dengan para
jilbaber itu, meskipun kamu sekarang sudah lebih condong ke mereka.
Maaf atas sms kakak selama ini, namun kakak akan terus mengsms untuk
mengingatkan Winda, bahwa mereka itu jahat, hati-hati ya Win...
Wassalam Wr.
Wb.
Rensyana
Inda
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
“Begitulah
mbak....,” Winda bercerita kepada Mbak Era
“Iya
dek, memang kadang ada beberapa da’i yang tidak sabar memanen hasil
dakwahnya. Mereka inginnya objek dakwah mereka langsung berubah,
mereka mengabaikan kondisi dasar objek dakwah mereka. Tapi sekali
lagi hidayah juga berperan disini dek, ketika Allah memilih kita
menjadi pejuang dakwahNya, jagalah itu, karena juga tidak semua orang
bisa merasakan manisnya amanah, manisnya halaqah, manisnya
ukhuwah....” ujar Mbak Era
“Sayang
saja Mbak, kakak tidak ikutan,”, Winda menghela nafasnya.
“Siapa
bilang? Ni anti juga gak sabaran ternyata...
Dekatilah
lagi dek, jangan biarkan hidayah Allah menjauh justru karena adanya
kita, salahnya kita dalam menggunakan pendekatan. Inipun berlaku
untuk adek-adek anti juga. Pahamilah mereka dengan cara yang mereka
mau, bahasa mereka dan ketika memang mereka baru mengenal Islam dari
awal, temanilah mereka tanpa lelah, karena mungkin saja dari situlah
dia merasakan ukhuwah, merasakan indahnya Islam...”
Kadang kala
kita memang lelah, banyak sekali yang hars dipikirkan, namun
kedekatan kitalah kuncinya, sembari mendoakan di sela sholat-sholat
kita. Dan jangan seringkali mempersulit, permudahlah mereka, ajarkan
dari hal-hal kecil dan sama, jangan malah mencari perbedaan, karena
hakikatnya Islam harus mendahulukan yang pokok, bukan cabangnya dulu.
Insyaallah anti sudah sangat paham tentang itu dek...”, jelas Mbak
Era panjang lebar.
Iya Mbak,
jazakillah atas bantuannya, coba kalau kakak Rensy kenalnya ma Mbak
Era, pasti gak gini, hehe...”, Winda mengakhiri telpon nya siang
itu. “Wassalamualaikum Mbak...”
“Waalaikumsalam
warahmatullah... InsyaAllah dengan kenal anti malah nanti akan lebih
baik dari mbak...”.jawab Mbak Era.
----
Dan memang dari puluhan atau ratusan orang yang ingin kita dekati
agar ikut serta dalam dakwah ini, tidak semuanya akan lolos saringan
Allah, tapi bukan tugas kita memilih yang mana yang lolos dan mana
yang tidak. Kita hanya perlu berbuat yang terbaik buat mereka. Hingga
nanti Allah sendiri yang akan memilihkan mereka untuk kita.
Perkuatlah diri senantiasa dengan sabar dan sholat ----
************************************
END *********************************