-->
Featured Article

Monday, 9 April 2012

-NEXT ASPIRATION- April 10, 2012


How about your feeling now?
Do you still mad and love unimportant things?
Do you still want traveling in rural area?
Want to life in wooden house with natural forest?
Living with nature, from nature,

When it can be done?
Pray shubuh in the savanna, pray dhuhur beside a river, pray ashar and maghrib and isya in the wooden house, eat forest fruits, consume herbivor’s meat without spice..hmm..

Hey, I try to be stronger now,
I want to get out from this city, I want feel advance life, more adventures, more suprises in my life.

I love epidemiology, I love community, I intend enroll in a magister program, enroll in my idol department, toured throughout Indonesia to observe disease’s patterns, make better preventive health system.

But I still hesitate to do…………..
WHY...??

I just think about future, what would I be?
Where am I now?

And the next?

Just a junior employee in medicine faculty and hospital?
Then should I do all of work that all people can do?
Typing, copying, be a notulent?
In spite of my job description as a study coordinator, the people who hold clinical research, making an appointment with patients and monitoring their health, correlate with chemical’s factory, making a long report of the research, progress report, settled research admittance.
And have opportunity to go abroad in investigator meeting (I think that is amazing experience).

I love this work, surely, I am loving it!
But I also think about carrier stage!
I can’t reach higher position, just a study coordinator, no more,
I can’t be real researcher forever!!
Just help and manage it, never make a decision… 

I love observation, research, be a scientist!
Ow ow ow.... scientist??
Look out your education base Nazz..maybe You can be a social researcher..:D

I won’t be a -prisoner- in this work,
I endure there because of financial demand, a soft job with enough salary, just that…
I endure in this city because of my little ‘sisters’, my little family,
I want to see them solidly in their trusteeship, just a few more……
I hope this year the last I am here :) :) :)

Then I will focus in my wanderings
More adventure, more experience, more friends…!!

Thursday, 5 April 2012

SEKOLAH ISLAM TERPADU SEBAGAI PEMBAHARUAN SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA AWAL ANAK USIA SEKOLAH*


PENDAHULUAN
            Munculnya berbagai lembaga pendidikan berlabel Islam di tanah air pada periode awal tahun 2000 memang cukup memberikan angin segar bagi para orang tua yang khawatir terhadap kondisi pergaulan putra – putrinya di bangku sekolah. Memang tidak kita pungkiri sebelumnya telah ada beberapa organisasi Islam yang juga menggarap ladang pendidikan ini secara kontinu. Namun kemunculan lembaga pendidikan berlabel Islam akhir – akhir ini yang semakin banyak dan tidak hanya dipegang oleh organisasi Islam tertentu agaknya memang hal tersebut berperan sebagai respon dari masyarakat yang membaik terhadap lembaga pendidikan berlabel Islam (sekolah Islam).
            Sekolah Islam sebelumnya sempat mendapatkan stigma negatif dari masyarakat secara umum. Masyarakat menilai bahwa sekolah Islam adalah kasta kelas dua, jika putra – putrinya tidak masuk ke sekolah umum barulah mereka mau memasukkan putra – putri mereka ke sekolah Islam. Alih – alih untuk membuat putra – putri mereka lebih baik dengan menuntut ilmu di sekolah Islam, beberapa dari orang tua siswa masih berpikir, daripada tidak bersekolah, lebih baik di sekolahkan di sekolah yang Islam saja. Jikalau niatnya saja sudah seperti itu maka output yang dihasilkan sudah bisa kita tebak seperti apa nantinya.
            Output pendidikan Islam yang sebenarnya dapat kita baca dari pengertian Ibnu Qayyim Al Jauziyah, beliau mengartikan pendidikan yang seringkali disebut dengan tarbiyah. Tarbiyah menurut beliau, mencakup tarbiyah qalb (pendidikan hati) dan tarbiyah badan secara sekaligus. Antara hati dan badan sama-sama membutuhkan tarbiyah. Keduanya harus ditumbuhkembangkan dan ditambah gizinya sehingga mampu tumbuh dengan sempurna dan lebih baik dari sebelumnya (Al Jauziyah, 2011). Dengan pendidikan yang seimbang (tawazun) antara hati dan akal maka akan didapatkan kualitas sumber daya manusia yang luar biasa sesuai dengan ciri seorang muslim yang sempurna.
            Namun sayangnya semakin tahun kepekaaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan ini semakin menurun, Menurun secara substansial dari pengertian pendidikan yang telah disebutkan di atas. Kita bisa melihat dari target yang ditetapkan pemerintah dan secara otomatis menjadi pola pikir dari orang tua murid, yaitu nilai dengan ambang batas tertentu. Tahun 2011 formula nilai akhir penentu kelulusan siswa sekolah menengah pertama (SMP) dan sederajat, serta sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat, ditetapkan dengan menggabungkan nilai mata pelajaran ujian nasional (UN) dengan nilai sekolah. Nilai akhir adalah pembobotan 60 persen nilai UN ditambah 40 persen nilai sekolah. Syarat kelulusan lainnya adalah nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00 dan tidak ada ujian ulangan. (Kompas, 2011). Targetnya masih berupa nilai – nilai atau angka – angka, belum ada targetan terkait akhlak dari peserta didik. Targetan lain, akhlak misalnya yang sebenarnya tidak harus masuk ke dalam syarat kelulusan itu ternyata juga tidak sepebuhnya dipahami oleh seluruh staf pengajar di sekolah – sekolah umum. Mereka lebih mementingkan pintar secara akal dan lulus dengan nilai yang memuaskan serta menambah nilai jual dari sekolah yang bersangkutan jika lebih sedikit persentase yang tidak lulus.
            Padahal jika dilihat lebih mendalam, stigma tentang kualitas output siswa dari sekolah Islam tidak sepenuhnya benar. Di novel Laskar Pelangi (Hirata, 2008) yang juga mengecap pendidikan dasarnya di sekolah Islam Muhammadiyah Belitong mengalami pematangan akhlak disana, karena sekolah tersebut tidak hanya berdasarkan nilai angka, tapi hati lah yang harus juga ikut ‘disekolahkan’. Akhirnya dia juga menjadi peraih beasiswa ke luar negeri tanpa mengesampingkan pendidikan akhlak yang di peroleh di sekolahnya dulu. Lain cerita seperti pengarang novel Negeri Lima Menara, Achmad Fuadi yang awalnya ‘dipaksa’ untuk melanjutkan pendidikan di sekolah Islam pondok pesantren modern Gontor, Ponorogo. Keinginan ibunya untuk menjadikan dia seorang sosok intelektual religius seperti Buya Hamka telah mengantarkannya merasakan pendidikan yang disampaikan dengan ikhlas oleh para kyai nya di pondok (Fuadi, 2010). Bahkan jargon yang sangat kita kenal dan menjadi kata – kata motivasi dari novel ini adalah ‘Man Jadda Wa Jada’ yang artinya barangsiapa bersungguh – sungguh pasti dia akan berhasil/sukses. Hal ini yang tidak menghalangi pengarang dan juga seluruh siswa di sekolah Islam untuk menjadi seorang pribadi yang sukses dalam urusan dunia dan juga agama. Dalam ungkapan salah seorang sahabat pun juga disebutkan “Bersungguh – sungguhlah kalian dalam urusan agama seolah – olah kalian mati esok pagi dan juga bersungguh sungguhlah dalam urusan dunia seolah engkau akan hidup selamanya”.
            Sekolah Islam yang sekarang sudah mulai ‘terasa’ bedanya di masyarakat, penerimaan mereka terhadap sekolah Islam mulai meningkat, terutama pada sekolah Islam terpadu. Pengajaran di sekolah Islam terpadu yang cukup menarik membuat anak didik tidak jenuh dan lebih mengenal Islam dengan menyenangkan. Salah satu contohnya lewat berbagai permainan yang disisipi hikmah, mengajari hafalan dengan lagu anak – anak tidak lupa pula penyampaian cerita sejarah Islam dan para nabi dengan bermain peran dan lain sebagainya. Lebih menarik adalah pengajaran moral yang diterapkan dengan cara learning by doing dan juga diajarkan secara langsung oleh ustadz atau ustadzah mereka. Fokus utamanya adalah untuk membentuk akhlak yang Islami (Fauziddin, 2009).  
Makalah ini mencoba untuk memberikan arahan mengenai lembaga pendidikan yang dapat membantu anak – anak mengerti Islam dengan menyenangkan. Selain itu juga menggali keunggulan apa saja yang ada pada sekolah islam terpadu tentang sistem pengajaran dan penanaman akhlak kepada anak didiknya.
PEMBAHASAN
Sekolah Islam Terpadu menjadi sebuah fenomena dalam pendidikan kita. Pertama, secara historis memang bangsa Indonesia tidak akan pernah lepas dari nilai-nilai religius yang menjadi sumber dan daya kekuatan bangsa ini. Sesungguhnya yang memperjuangkan bangsa ini di garis depan adalah kaum santri yang siap berjuang dan berperang. Tapi, tidak semua ternyata memegang senjata, ada diplomat ulung seperti K.H. Agus Salim, Guru dari para Founding Fathers kita HOS. Cokroaminoto, dua pendidir Ormas besar yang bertujuan untuk kemerdekaan bangsa, K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), negarawan seperti M. Natsir atau seorang tokoh militer bintang lima seperti Jenderal Soedirman dan begitu banyak lagi. Mereka adalah para tokoh pesantren dan santri yang berjuang berdasarkan kemampuan dan kapasitas masing-masing.
Kedua, pada dasarnya manusia selalu ingin kembali kepada fitrahnya. Allah SWT. telah menciptakan manusia sebagai makhluk terbaik diantara makhluk-makhluknya yang lain yang mampu berfikir. Kecenderungan manusia mempengaruhi apa pilihannya. Setelah sekian lama manusia Indonesia dicekoki dengan sistem sekuler walau disamarkan membuat jiwa bangsa ini memberontak. Upaya-upaya untuk mencerabut bangsa ini dari akar budayanya ternyata tidak berhasil. Masyarakat bosan dengan Sistem Pendidikan Nasional dan model pendidikan umum yang terus memisahkan antara pendidikan agama (Islam) dengan pendidikan umum. Itulah fitrah manusia yang ingin memenuhi relung jiwanya dengan cahaya Allah.
Ketiga, Sekolah Islam Terpadu menawarkan hal yang lebih dibandingkan dengan pendidikan umum. Selain mengintegrasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum, Sekolah Islam Terpadu juga memberikan siswanya skill sesuai dengan bakatnya masing-masing. Selain itu, pola pembelajarannya juga sedikit berbeda dan memang mengakomodir hak-hak siswa sebagai penuntut ilmu. Hal ini sebenarnya mencoba menjawab tantangan zaman yang ke depan akan masuk para era globalisasi dan perdagangan bebas. Anak-anak Indonesia harus sudah dibekali cara-cara manajerial, skill dan sebagainya yang menunjang dirinya untuk mampu bersaing.  Tentunya membentuk karakter mereka bukan untuk menjadi tenaga kerja tetapi yang membuka lapangan kerja. Ketiga hal itulah yang membuat Sekolah Islam Terpadu sangat diminati oleh sekian banyak masyarakat Indonesia saat ini (Sumantri, 2011)
                Ketiga hal di atas bisa menjadi dasar untuk mencoba menerapkan sistem pembelajaran yang dilakukan di sekolah islam terpadu, sehingga tidak melulu nilai angka yang diprioritaskan. Tapi mulai mengarah kepada nilai akhlak yang dimiliki anak didik nantinya. Fakta di lapangan mengenai cara mendidik di sekolah umum sangat berbeda dengan sekolah Islam terpadu yaitu dalam ‘mengolah’ anak didik mereka menjadi sumber daya manusia yang juga pintar secara perilaku. Misalnya saja, tidak kita temukan semacam permainan berhikmah di sekolah umum, berdoa pun tidak bisa dilafalkan dan dibenarkan panjang pendek serta makhorijul hurufnya karena dalam 1 kelas mungkin ada siswa yang beragama lain. Selain itu, yang lebih penting adalah seluruh mata pelajaran mulai dari eksak sampai sosial disampaikan tanpa bisa terpadu dengan agama Islam, hanya sesuai dengan capaian tersampaikannya materi tersebut.
            Masyarakat mulai sadar dan melihat bahwa pendidikan di sekolah dasar merupakan pondasi dari pendidikan selanjutnya. Pembentukan kecerdasan tidak hanya dinilai dari umum tapi juga agama, khususnya agama Islam. Masa pendidikan dasar adalah masa pendidikan moral. Hal ini yang akan menentukan bagaimana anak berkembang. Kemerosotan moral yang terjadi pun juga disebabkan salah satunya oleh penanaman nilai agama pada anak usia dini yang diabaikan (Dewi, 2010).
            Berbagai metode pengajaran di sekolah Islam terpadu yang menarik siswa untuk lebih paham dan kemudian mengikuti apa yang diajarkan ustadz/ustadzah mereka antara lain sebagai berikut : kelas diawali dengan membaca doa akan belajar, syahadat, surat fatihah, murojaah (mengulang hafalan), ikrar, tata tertib, dan absensi. Selanjutnya pembelajaran materi Al islam dengan menggunakan  pendekatan belajar melalui bermain.
            Kelebihan yang dimikili oleh sekolah Islam terpadu yaitu prinsip learning by doing.  Siswa terlibat langsung dalam, pengalaman yang konkrit dengan suatu materi. Aktivitas di mana mereka berpartisipasi dengan sesuatu yang relevan dan penuh arti. Kemudian juga adanya reward and punihsment yang mendidik, jika salah seorang anak didik melakukan kesalahan maka respon yang dilakukan oleh ustadz/ustadzahnya bukanlah memarahi mereka, justru mengajak dialog hingga anak didik tahu benar dimana letak kesalahan yang dia lakukan. Dengan cara ini diharapkan anak didik tidak mengulangi kesalahannya lagi karena mereka telah paham bahwa perbuatannya tidak benar. Pembiasaan lainnya lewat contoh pun juga berlaku sebaliknya, jika salah seorang pengajar melakukan kesalahan yang diketahui anak didiknya, misalnya ketika masuk kelas tidak mengucapkan salam, maka pengajar lainnya akan menegur dan menanyakan kepada anak didik lainnya bagaimanakah seharusnya perilaku yang benar. Dari kedua contoh tersebut dapat dilihat bahwa sang anak didik benar – benar mendapatkan contoh nyata yang harus mereka lakukan, sehingga mereka lebih mudah menirunya.
            Dalam sekolah islam terpadu, guru tetap memegang peranan yang  penting dalam proses pendidikan, yaitu dakam penanaman  nilai.  Hal  ini  sesuai dengan yang diungkapkan Chomaidi bahwa “peranan guru bukan sekedar komunikator nilai, melainkan sekaligus sebagai pelaku  dan  sumber  nilai  yang  menuntut  tanggung  jawab  dan  kemampuan dalam  upaya meningkatkan  kualitas  pembangunan manusia  seutuhnya,  baik yang  bersifat  lahiriyah maupun  yang  bersifat  batiniah  (fisik  dan  non  fisik). Artinya yang dibangun adalah karakter, watak, pribadi manusia yang memiliki kualitas  iman,  kualitas  kerja,  kualitas  hidup,  kualitas pikiran, perasaan, dan kemauan (Chomaidi, 2005)”. Guru di sekolah islam terpadu berperan sebagai orang tua siswa saat di sekolah, bahkan pengawasan siswa ketika di rumah pun juga masih dipantau lewat orang tuanya, adakah perubahan positif dari anak didiknya.
PENUTUP
            Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa sekolah Islam terpadu merupakan alternatif yang baik untuk mencetak anak didik yang cerdas secara akal dan juga hati. Orangtua yang khawatir akan kondisi masa depan akhlak putra – putrinya yang dalam hal ini dapat menentukan kondisi bangsa di masa depan dapat mulai untuk beralih sudut pandang mengenai pendidikan yang terbaik untuk buah hatinya.
Melihat respon yang cukup baik dari masyarakat dan juga banyaknya bermunculan sekolah Islam terpadu, agaknya pemerintah juga perlu memberikan perhatiannya pada lembaga ini. Akan lebih baik lagi jika beberapa model pengajaran sekolah islam terpadu juga diterapkan pada pengajaran mata pelajaran di sekolah umum.

*) Makalah ini dibuat  sendiri dalam strata pendidikan S2 PAI :D
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jauziyah, Ibnu Qayim . 2011. Ighatsanu Lahfan min Mushahidis Syetan, (Kairo: tp, 1320 H), Juz I, hal 46.  .http://majelispenulis.blogspot.com/2011/07/pendidikan-islam-persepsi-ibnu-al.html

Chomaidi.  “Peranan  Pendidikan  dalam  Upaya Meningkatkan  Kualitas  Sumber Daya  Manusia”.  Disampaikan  di  depan  Rapat  Senat  Terbuka  UNY,  15 Oktober 2005.

Dewi, Citra. 2010. Implementasi Sistem Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Ar Risalah Surakarta. Tesis Prodi Teknologi Pendidikan UNiversitas Sebelas Maret. Surakarta.


Fauziddin, Moh. 2009. Pembelajaran Agama Islam Melalui Bermain Pada Anak Usia Dini (Studi kasus di TKIT Nurul Islam Pare Kebupaten Kediri Jawa Timur) http://repository.upi.edu/operator/upload/t_pd_0704865_chapter4.pdf
 
Fuadi, Ahmad, 2010. Novel Negeri Lima Menara. Jakarta : Penerbit Gramedia

Hirata, Andrea. 2008. Novel Laskar Pelangi. Jakarta : Penerbit Klub Sastra Bentang 

Kompas, 2011. Penting, Syarat Lulus 2011 Berubah. Edisi 04 January 2011.http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/04/penting-syarat-lulus-2011-berubah/
 
Sumantri, Elly. 2011. Fenomena Madrasah Bubar Dan Islamic Full Day School. /http://ellysumantri.blogspot.com/2010/06/sekolah-islam-terpadu-fenomena.html) 




Komentar

Mari Budayakan Baca dan Tulis Hingga Akhirnya Memberikan Kemanfaatan Untuk Orang Lain. Powered by Blogger.

Kategori Nazz

Blogger Spirit !!

JANGAN PERNAH MENGANDALKAN KEMAMPUAN ORANG LAIN DALAM MELAKUKAN KEBAIKAN, LAKUKAN AMAL SEKECIL APAPUN, DAN SENANTIASA MANFAATKANLAH WAKTU...
MQy16052012